Dinasti Umayyah di Spanyol



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setalah berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bengkit dari keterbelakangan. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya. Tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di spanyol. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya. Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa kristen banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi guru bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.
B.     Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses ekspansi islam ke Spanyol?
2. Bagaimana dinamika Dinasti Umayyah di Sanyol?
3. Bagaimana pemerintahan Islam di spanyol dan kemajuan yang dicapai?
C.    Tujuan Masalah
1.  Mengetahui proses ekspansi islam ke Spanyol.
2. Mengetahui dinamika Dinasti Umayyah di Spanyol.
3. Mengetahui pemerintahan islam di Spanyol dan kemajuan yang dicapai.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Ekspansi islam di Spanyol
            Proses penaklukan Spanyol sendiri oleh umat islam terjadi dengan relative mudah, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu adanya dukungan dari penduduk setempat (spanyol) pada umat islam. Pada masa penaklukan Spanyol, kondisi sosial-politik negeri itu sangat menyedihkan. Penguasa Ghotic tidak toleran terhadap agama yang dianut oleh rakyatnya terutama oleh agama yahudi. Penganut agama yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk spanyol dipaksa dibabtis menurut agama Kristen. Dan mereka mengunakan kekerasan untuk soal ini. Disamping itu, rakyat juga terbagi oleh kelas-kelas yang diliputi oleh kemiskinan.[1]Sedangkan faktor eksternalnya adalah kondisi yang terdapat dalam tubuh umat islam. Pada saat itu bani umayyah memiliki pasukan yang tangguh dan percaya diri dan menunjukkan sikap toleransi, persaudaraan dan tolong menolong. Sikap ini menyebabkan penduduk Spanyol menerima islam disana.
            Dalam ekspansi ke spanyol ini terdapat tiga orang pahlawan islam yang tak terlupakan, yaitu Tarif Ibn Malik, Tariq Ibn Ziyad, dan Musa Ibn Nusair. Tarif Ibn Malik dapat dikatakan sebagai perintis dan penyelidik yang menyeberangi selat dengan berkekuatan 400 pejalan kaki dan 100 tentara berkuda. Pada bulan Juli 710 M, Tarif dan pasukannya mendarat di semenanjung Tarif. Dalam penyerbuan ini kaum muslimin tidak mendapatkan perlawanan yang berat. Kaum muslimin memperoleh kemenangan dan kembali ke Afrika dengan membawa harta rampasan yang banyak.
            Didorong oleh keberhasilan Tariq serta kemelut yang melanda kerajaan Ghotic, Musa Ibn Nusair memerintahkan Tariq Ibn Ziyad untuk kembali membawa pasukannya ke Spanyol pada tahun 711 M. Pasukan Tariq saat itu berjumlah 7000 orang. Sebagian besar pasukan itu terdiri dari orang Barbar. Tariq dan pasukannya menyeberangi selat dengan kapal dari Julian dan mendaratkan pasukannya di Gibraltar (Jabal Tariq). Kedatangan pasukan Tariq kewilayah ini tidak mendapatkan perlawanan berarti. Dengan bantuan Julian pasukan ini bergerak menuju utara.
            Bersamaan dengan kedatangan Tariq, Roderick sedang mengatasi kerusuhan dibagian utara spanyol. Theodomir yang berjumpa dengan pasukan Tariq segera melaporkan kepada Roderick, bahwa ia telah berpapasan dengan pasukan yang misteri, hal itu mungkin disebabkan oleh kecepatan gerakan pasukan itu, sehingga tampak gesit dan tangkas. Dengan berita itu Roderick langsung menyiapkan pasukan siap tempur sebanyak 100.000 orang. Karena jumlah tersebut jauh diatas pasukan Tariq, maka Tariq segera minta bantuan kepada Musa di Afrika. Musa segera mengabulkan permintaan itu dengan mengirimkan 5000 orang prajurit, sehingga pasukan islam seluruhnya berjumlah 12.000 orang.  Petempuran tak terelakkan lagi, bertemulah kedua pasukan itu pada tanggal 19 Juli 711 M ditepi sungai Lakkah yang sekarang dinamakan Salado. Pertempuran itu berlangsung selama 8 hari. Pasukan Roderick dapat dihancurkan oleh pasukan islam. Raja Roderick, penguasa terakhir kerajaan Fisigotic meninggal dunia dalam pertempuran yang dahsyat itu.
            Para ahli sejarah mencatat bahwa kemenangan Tariq kepada pasukan Roderick itu merupakan prestasi militer yang luar biasa pada abad pertengahan, suatu prestasi militer yang sangat dramatis dari sekian operasi militer yang dilakukan oleh kaum muslimin.
            Pasukan Tariq Ibn Ziyad yang ditemani oleh ratu Julian dan putra-putra Witiza, bergerak ke utara menguasai kota-kota Sidonia, Karmona, Ecija. Kemudian atas usul ratu Julian, Tariq mempersiapkan empat pasukan, yang masing-masing dipimpin oleh prajurit pilihan. Mugis Al-Rumi memimpin pasukan yang menuju Cordova, dan kota ini ditaklukkan pada bulan Oktober  711 M. pasukan kedua menuju Malaga, pasukan ketiga menuju Granada dan Elvira, dan Tariq sendiri yang memimpin pasukan yang menuju Toledo untuk menghentikan pasukan Visigotic yang melarikan diri dari kota itu menjelang Tariq masuk kota. Pengejaran itu dilakukan sampai ke kota Astorga. Penaklukan Tariq yang dilakukan pada tahun 711 M tersebut telah menguasai separuh dari wilayah Spanyol. [2]
            Pada tahun 712 M, Musa Ibn Nusair dengan membawa yang pasukannya yang sangat besar yaitu 18.000 orang, yang terdiri dari kaum bangsawan Arab Yaman dan sejumlah keturunan para sahabat Nabi Muhammad SAW, menuju spanyol. Untuk itu Musa menyerahkan pemimpin wilayah Afrika, Tanjah dan Sus kepada putranya Abdullah, dan berkedudukan di Qairawan sebagai ibu kotanya. Dalam usahanya menuju pertahanan Spanyol, Musa memilih jalan yang telah dirintis Tariq, Sidonia dan Carmona dari sana ia mengepung Seville, dan akhirnya kota ini dapat ditaklukan Musa pada 713 M. dan dalam tahun yang sama juga ditaklukan Merida. Untuk selanjutnya pasukan Musabergabung dengan pasukan Tariq di Toledo. Dari Toledo penaklukan dilanjutkan keutara. Sebagai hasilnya berturut-turut kota Zaragosa, Aragon, Leon, Austrias, dan Galisia berhasil direbut oleh pasukan Islam.[3] Setelah itu pasukan islam menuju ketimur laut sampai ke pegunungan Pyrenia. Tapi saying sekali mereka tidak menaklukan daerah penggunungan yang terletak di barat laut (daerah Galisia), yaitu menjadi tempat pengungsian bangsa Ghotic yang melarikan diri dari serangan kaum muslimin.[4]
            Perlu dicatat bahwa keberhasilan pasukan islam menguasai Spanyol ini tidak dari bantuan orang Spanyol sendiri yaitu Ratu Julian yang berselisih dengan Raja Roderick. Dan dengan keberasilan umat Islam menaklukkan Spanyol ini maka mulailah babak baru Islam di Wilayah ini. Setelah penaklukan ini, Spanyol kemudian menjadi salah satu propinsi dari kekhalifahan Bani Umayyah dengan nama Andalus.



B.     Dinamika Dinasti Umayyah di Spanyol
A.    Ekonomi
Dari segi ekonomi pemerintahan Bani Umayyah Spanyol telah memperkenalkan sistem pertanian yang teratur, sehingga banyak menghasilkan produk pertanian sepanjang tahun, diantaranya adalah limau, tebu, padi dan kapas . Mereka menggali kanal-kanal, menanam anggur, serta selain tanaman dan buah-buahan lainnya,. Mereka juga memperkenalkan padi, apricot, persik, delima, jeruk, tebu, kapas dan kunyit. Kemajuan pertanian merupakan salah satu sisi keagungan Spanyol-muslim dan menjadi hadiah abadi yang diberikan orang Arab didaratan itu .
B.     Kebudayaan dan Intelektual Dalam hal ini, dibagi menjadi tiga bagian, yaitu; intelektual, sastra dan seni. Ketiga bagian ini telah berkembang pesat pada zaman Bani Umayyah di Spanyol, dan bidang pendidikan.
1)   Bidang Intelektual; bidang yang paling maju berkembang pada   zaman tersebut ialah bidang syari’ah, yakni hukum-hukum Islam yang bedasarkan al-Qur’an dan al-Hadith, disamping itu juga berdasarkan qiyas dan ijma’ ulama.
2)   Bidang Kesusastraan Bani Umayyah Spanyol banyak melahirkan para ahli sastra dan penyair. Mereka telah Berjaya melahirkan banyak karya-karya syair dan sajak, yang telah diilhami oleh penyair-penyair kawasan timur. Pada hakikatnya syair telah berkembang sejak zaman Abd al-Rahman al-Dakhil, dan beliau adalah seorang penyair yang menghasilkan beberapa bait syair yang menyentuh kerinduan beliau terhadap negeri asalnya, Syam (Damascus-Syria). Beliau bertanggung jawab terhadap perkembangan kesusasteraan di Spanyol .
3)   Bidang Kesenian Dalam bidang kesenian kerajaan Bani Umayyah bisa dianggap sebagai zaman permualaan perkembangan kesenian Islam di Spanyol. Sejak pembukaan di Spanyol hingga tahun 976 M boleh dianggap sebagai tahap pembinaan tamaddun Islam di Spanyol. Dalam tempoh tersebut telah berdiri masjid besar di Cordova.
4)   Bidang Pendidikan Bidang ini sangat digalakan pada zaman Bani Umayyah. Pertama; dimulai dengan didirikannya masjid-masjid sebagai tempat ibadah dan tempat menimba ilmu pengetahuan.Kedua; mengundang para ilmuan dari dalam Spanyol atau dari luar, Arab maupun non Arab. Sistem pendidikan di zaman Bani Umayyah dibagi menjadi tiga tahap:
a.    Rendah : Madrasah Ibtidaiyyah dan. pelajar-pelajar diajarkan membaca al-Qur’an dan tata bahasa Arab, mereka biasanya ditempatkan di masjid-masjid. Guru-guru tidak diberikan gaji, hanya sekedar menerima yang dibayar oleh murid-murid secara sukarela.
b.   Menengah : Madrasah Tsanawiyah, mata pelajarannya adalah tata bahasa Arab (nahwu), sastra, sejarah, hadits, fikih, ilmu kesehatan praktikal, matematik, astronomi, akhlak, metafizik dan khat. Pelajar yang lulus diberikan diploma atau ijazah (menyamai licence di Prancis atau B.A di Britain).
c.       Tinggi atau universtas mula diwujudkan pada zaman al-Hakam II (961-976 M). Institusi pengajian (perguruan) tinggi ini diwujudkan secara informal yang dikendalikan oleh sekumpulan professor. Ia hanya mengendalikan kursus-kursus pada peringkat lepas ijazah dan berpusat di Cordova dan Toledo. Kedua tempat ini merupakan pusat pendidikan utama bagi siswa-siswa di barat Eropah pada ketika itu. Kemudahan-kemudahan pendidikan seperti buku, alat-alat tulis dan lain-lain telah disediakan dan mudah diperoleh di Cordova.

C.   Pemerintahan Islam di Spanyol dan Kemajuan yang dicapai
Sebagaimana disebutkan oleh para ahli sejarah, sesungguhnya masa pemerintahan Islam Spanyol cukup lama yaitu hampir delapan abad. Pada masa pemerintahan Islam Spanyol ke dalam beberapa periode atau masa. Periode-periode itu adalah sebagai berikut.

1.   Masa Pemerintahan Kepala Daerah, Ahd Al-Wulah (714-755)
Menurut Abd Al-Rahman Ali Al-Hujji, dengan kembalinya Musa Ibn Nusair dan Tariq Ibn Ziyad ke Damaskus, maka dimulailah pemerintahan kepala daerah atau pemerintahan ke walian di Spanyol atau Andalusia sampai dengan datangnya Abd Al-Rahman Al-Dakhil. Pemerintahan ini berlangsungselama 41 tahun dengan 22 wali atau kepala daerah,di antara mereka ada yang memerintah dua kali yaitu Abd Al-Rahman Al-Gafiqi dan Abd Al-malik Ibn Al-Qatan.  Pada masa pemerintahan kewalian ini spanyol menjadi salah satu bagian dari kekhalifahan Bani Umayyah yang berkedudukan di Damaskus.
2.   Masa Pemerintahan Keemiran, Ahd Al-Imarah Imarah (756-912 M)
Pada masa ini, Andalusia berada dibawah pemerintahan seorang yang bergelar amir, yang tidak tunduk kepada pemerintah islam di Baghdad. 
Meskipun Andalusia tidak tunduk terhadap pemerintahan Bani Abbasiyah, hal ini tidak berarti Andalusia tidak pernah diperintah oleh penguasa Abbasiyah. Ketika Bani Abbasiyah Menggulingkan kekuasaan Bani Umayyah, pada saat itu Andalusia diperintah oleh Yusuf Ibn Abd Al-Rahman Al-Fakhri atas nama Bani Abbasiyah, Al-Fakhri berusah membendung intrik-intrik yang dilakukan oleh Abd Al-Rahman Al-Dakhil. Akan tetapi karena Abd Al-Rahman Al-Dakhil banyak mendapatkan dukungan akhirnya Abd Al-Rahman Al-Dakhil berperang melawan Yusuf Ibn Abd Al-Rahman Al-Fakhri. Dalam pertempuran ini pihak Abd Al-Rahman Al-Dakhil mendapatkan kemenangan dan kemudian memplokamirkan dirinya sebagai amir di Spanyol pada tahun 756 M.
Pada masa keemiran ini terdapat kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh umat islam. Namun demikian, kendatipun terdapat kemajuan tersebut, pada masa ini masih juga terdapat gangguan terhadap stabilitas politik terutama oleh gerakan Martyrdom (semacam gerakan kesyahidan) yang dilancarkan oleh kelompok Kristen fanatic Spanyol.  Disamping itu justru goncangan politik paling keras dating dari kalangan Islam sendiri. Salah satu kelompok yang menentang kekuasaan pada masa ini adalah terjadi pada tahun 852 M yang berhasil membentuk Negara kota di Toledo dan berlangsung selama 80 tahun. Gangguan juga datang dari pemerintahan Bani Abbasiyah, di mana pada masa ini orang-orang Abbasiyah  di zaman Abu Ja’far Al-Mansyur berusaha ingin mengambil Andalusia agar masuk ke kuasaan Abbasiyah, tetapi tidak berhasil.
Diantara gangguan dari luar negeri yang cukup membahayakan adalah serangan Charlman dan serangan Norman bahkan Norman melakukan serangan pda keemiran ini tiga kali serangan.  Sedangkan mengenai gangguan dari dalam negeri, Al-Hujji membenarkan adanya gangguan dari orang-orang Abbasiyah yang ingin mengembalikan Andalusia kepada kekuasaan Bani Abbasiyah. Peristiwa ini terjadi baru sepuluh bulan masa pemerintahan Abd Al-Rahman Al-Dakhil.
Masyarakat Andalusia sendiri terdiri di zaman keemiran terdiri dari dua unsur yaitu orang-orang Islam dan orang-orang non-Islam. Orang-orang Islam yang dimaksud adalh orang-orang Islam awal, mereka adalah penakluk negeri Andalusia, mereka dari golongan Arab, Barbar, dan sebagainya. Selain itu yang juga dimaksud golongan Islam disini adalah orang-orang pribumi Andalusia yang massuk Islam, dan golongan ini merupakan golongan paling besar. Adapun golongan yang non-Islam merupakan golongan minoritas. Mereka ini terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Mereka disebut al-mu’ahidun atau ahl al-zimmah. Mereka hidup bersama dalam masyarakat Andalusia.sebagian dari mereka menerima Bahasa Arab sebagai bahasanya dan budaya Arab sebagai budayanya. Abd al-Rahman al-Dakhil mendrikan masjid di Cordova. Ia juga manjadiakan Spanyol sebagai pusat keilmuan dan peradapan di Eropa.
3.   Masa Pemerintahan Khalifah, Ahd al-Khalifah (912-1013 M)
Periode ini diawali dengan naikmya Abd al-Rahman III bergelar al-Nasir li dinillah. Sejak masa Abd al-Rahman III ini mulailah dipakai gelar khalifah, tepatnya tahun 929 M. Pada masa pememrintahan al-Nasir, Andalusia kemajuan yang paling gemilang, bidang pertahanan dan keamanan pun juga diperkuat. Al-Nasir memerintah selama setengah abad. Kahalifah inilah yang berhasil mendirikan lembaga pendidikan dan perpustakaan di Cordova yang memeliki koleksi buku ratusan banyaknya.
Sementara itu khalifah yang lain yaitu Hakam II adalah seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masanya,kota Cordova memiliki 113.000 buah bangunan, 21 kota pinggiran, 70 buah perpustskaan, serta sejumlah toko buku dan masjid. Banayk bangunan mewah yang didirikan yang dididalamnya terdapat pemandian-pemandian umum. Lembaga pendidikan Cordova sendiri didirikan di kompleks masjid raya yang diperluas dan diperindah dengan menghabiskan dana sekitar 2.615.307 dinar. Dan perpustakaannya ada sekitar 400.000 kitab.  Hakam juga mendidirikan 27 Kutta (Sekolah rendah ) swasta.
Pada periode ini, sungguhnya di tangan Abd al-Rahman III dan Hakam II itulah  daulah Bani Ummyyah di Andalusia mengalami keemasan dan di sisi lain pada masa itu Bani Abbasiyah di Baghdad mulai menapaki kemundurannya. Sedangkan secara fisik daulah Bani Umayyah di Andalusia mengalami kemajuan pada masa kekhalifan ini, selain menjadikan masjid Cordova menjadi lembaga pendidikan yang maju, dibangun pula pada masa ini beberapa kota. Kota-kota tersebut adalah sebagai berikut.
1.         Madinah al-Zahra’
2.         Madinah al-Zahirah
3.         Madinah Salim
4.         Madinah al-Mariyah (Almeria)

Selain kota-kota tersebut, telah berdiri pula beberapa kota lain yang pembangunannya pada masa pemerintahan kekhalifahan atau juga masa sebelumnya. Kota tersebut antara lain ialah Madinah Mursia (Murcia) yang dibangun pada tahun 210 H di masa pemerintahan Abd al-Rahman al-Ausat, juga Madinah Matalyus (Badajoz) yang dibangun oleh Abd al-Rahman ibn Marwan atas izin Amir Muhammad.  Dibangun pula beberapa benteng (hisn),yaitu Hisn Talamankah, Hisn Majrit, dan Hisn Binnah Firatah.  Sebagian benteng tersebut di samping sangat penting untuk peperangan, agaknya ia juga sebagai tempat kegiatan ilmiah. Dalam sejarah selanjutnya benteng tersebut dijadikan ibu kota Spanyol oleh Philip II pada tahun 969 H/1561 M. Majrit dimaksud adalah Madrid sekarang. Sesungguhnya kota ini adalah kota yang dibangun oleh umat Islam Andalusia terdahulu.
            Akan tetapi ketika kekhalifahan dipegang oleh Hisyam II yang naik tahta pada usia 11 tahun dan menyerahkan kekuasaan kepada Muhammad ibn Abdillah ibn Abi Amir, Islam di Spanyol mengalami kemundurannya.
4.   Masa Pemerintahan Raja-raja Golongan, Muluk al-Tawa’if (1013-1086 M)
Pada periode ini, pemerintahan umat Islam Spanyol terpecah menjadi sekitar 30 kerajaan kecil-kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Muluk al Thawa’if, yang berpusat di kota-kota seperti Seville, Toledo, Cordova dan lain-lain. Pada periode ini umat Islam memasuki kembali pertikanaan politik. Kesatuan politik yang pernah dibangun oleh Abd al-Rahman al-Nasir mulai melemah dan semakin memburuk. Islam di Spanyol tidak lagi bisa menciptakan Tokoh pemersatu. Kenyataan raja yang berkuasa saling bermusuhan. Bahkan tidak jarang di antara dinasti kecil yang lemah tidak segan-segan meminta bantuan kepada pihak Kristen yang ada di Utara untuk menyerang dan menghancurkan dinasti Islam lainnya.  Diantara dinasti-dinasti kecil tersebut ialah, Abbad di Seville, Bani Hamud di Malaga, bani Ziri di Granada, bani Hud di Saragosa, dan bani Zinnun di Toledo. Dengan runtuhnya kekuatan Islam tertinggi di Spanyol (Bani Ummayah) dan munculnya dinasti-dinasti tersebut, menandai situasi disintergrasi di bidang politik.

5.   Masa Pemerintahan Murabitun dan Muwahhidun, Ahd al-Murabitun wa ahd al-Muwahhidun (1086-1248 M).
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa pada masa Muluk al-Thawa’if, pemerintahan Islam di Spanyol terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil-kecil dengan rajanya mesing-masing. Cukup bisa dibayangkan betapa lemahnya kondisi politik pemerintahan Islam Spanyol saat itu, sebab kerajaan-kerajaan kecil itu sering kali terlibat pertikaian yang sesungguhnya sangat merugikan posisi mereka secara politis di Spanyol.
            Namun demikian, kejayaan kekuasaan Islam Spanyol berada dalam kondisi kemundurannya, tapi pada masa itu masih terdapat dua kekuatan dinasti Islam yang dapat mengangkat kembali kejayaan kekuasaan Islam Spanyol kedua dinasti itu ialah, Dinasti Murabitun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M).
            Kedua dinasti tersebut berawal dari gerakan keagamaan yang kemudian menjadi gerakan politik. Gerakan Murabitun yang dipimpin oleh Yusuf ibn Tasyfin, berhasil mendirikan kerajaan yang berpusat di Maroko. Yusuf ibn Tasyfin memasuki Spanyol berawal dari undangan penguasa Islam Spanyol yaitu penguasa terkhir dinasti Abbadiyah, Muhammad al-Mu’tamid ibn Abbad, yang merasa cemas terhadap ancaman Alfonso VI (raja Kristen dari Castille) yang akan menyerang benteng-bentengnya , lalu al-Mu’tamid meminta bantuan kepada Yusuf ibn Tasyfin maka pada tahun 1086 dikrimkannya pasukan berjumlah 20.000 tentara dan berhasil mengalahkan di sebuah tempat bernama Zallaqah dekat Badajoz (23 Oktober 1086).
            Yusuf ibn Tasyfin berusaha menyatukan Islam dengan cara menurunkan mahkota kerajaan dari raja-raja kecil dan keberasilannya di Badajoz tahun 1094 M, Valencia pada tahun 1102 M, dan Saragoza tahun 1110 M oleh putranya Ali ibn Yusuf yang memerintah pada tahun 1106-1143 M.  Namun penguasa setelahnya lemah sehingga dinasti bertahan hingga tahun 1143 M.
            Setelah berakhirnya Murabitun, maka Muwahhidun yang didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (1128 M) berpusat di Afrika Utara. Pada dinasti Muwahidun Spanyol dapat membangun kembali kemajuan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta berhasil memukul mundur orang-orang Kristen. Namun keadaan ini tidak bertahan lama kekuasaan Muwahidun mengalami kehancuran karena mendapat tekanan dari Paus Innocent III yang berhasil menghimpun raja-raja Kristen diutara Spanyol untuk menyerukan perang suci. Sebagai akibat dari keberhasilannya dalam pertempuran di Las Nafas dibawah kekuasaan dinasti Muwahidun direbut musuh.
6.   Masa pemerintahan Andalus kecil, Kerajaan Granada (1248-1492 M)
Satu-satunya dinasti islam yang masih bertahan dalam paska jatuhnya dinasti Muwahidun. Dnasti didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad. Kekuasaan islam terakhir ini bisa bertahan kurang lebih selama satu setengah abad. Kondisi pemerintahan ini cukup memperihatinkan. Pada mulanya dinasti ini masih dapat memainkan peranan dalam membangun peradaban islam dan kejayaan islam ini masih mewadahi Spanyol. Akan tetapi beberapa lama terjadi konflik klasik, perang saudara memperebutkan kursi persaudaraan.
Dengan terpecahnya menjadi dua bagian yang masing-masing untuk saling menghancurkan, maka tidak ada lagi kekuatan islam di Spanyol yang bisa dijadikan benteng pertahanan. Tindakan ini dilakukan oleh Abdullah yaitu dengan meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Dengan hal itu kekuasaan digempur oleh dua kekuatan Kristen yang telah bersatu melalui perkawinan kedua pemimpinnya, meskipun Abdullah bisa naik tahta, namun kedua pasangan ini akhirnya meruntuhkan kekuasaannya. Peristiwa tersebut membuat Abdullah berhijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah sejarah islam di Spanyol[5].







BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Proses penaklukan Spanyol sendiri oleh umat islam terjadi dengan relative mudah, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dinamika pada masa Dinasti Umayyah di Spanyol terdiri dari kekuatan ekonomi dan kebudayaan yang terbagi menjadi bidng intelektual, kesustraan, kesenian serta pendidikan. Masa pemeintahan islam di Spanyol cukup lama yaitu sekitar 8 abad.
B.     Saran
1.   Sebagai mahasiswa IAIN  kita harus dapat mengetahui sejarah-sejarah   islam.
2.   Setelah kita mengetahui sejarah-sejarah islam hendaknya kita dapat termotivasi dari peristiwa-peristiwa tersebut, dan mengedepankan pendidikan yang berbasis islam.










DAFTAR PUSTAKA
Mahmudunnasir. Islam Its Consept and History. New Delhi: kitab bahvan,1981.
Fu’adi, Imam. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Sukses offset, 2012.







[1] Mahmudunnasir, Islam Its Consept and History (New Delhi: kitab bahvan,1981) h.213-214. Lihat pula Dozy, Spanish islam, hlm 230.
[2] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Sukses offset, 2012) hlm 28.
[3] Ibid. 20
[4] Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Sukses offset, 2012) hlm. 29
[5] Ibid. h.30-46

Comments

Popular posts from this blog

Kebijakan Socrates

Ikhlas dan Ridlo

Perkembangan Hubungan Interpersonal, Moral Dan Spiritual Peserta Didik