Dinasti Umayyah di Spanyol
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setalah berakhirnya periode klasik Islam,
ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bengkit dari
keterbelakangan. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik
dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia
lainnya. Tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan,
kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan
politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan
Islam di spanyol. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya.
Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad
di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa kristen banyak belajar di
perguruan-perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi guru bagi orang Eropa.
Karena itu, kehadiran islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana proses ekspansi islam ke Spanyol?
2.
Bagaimana dinamika Dinasti Umayyah di
Sanyol?
3.
Bagaimana pemerintahan Islam di spanyol dan kemajuan yang dicapai?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui
proses ekspansi islam ke Spanyol.
2.
Mengetahui dinamika
Dinasti Umayyah di Spanyol.
3.
Mengetahui pemerintahan
islam di Spanyol dan kemajuan yang dicapai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ekspansi islam di Spanyol
Proses penaklukan Spanyol sendiri
oleh umat islam terjadi dengan relative mudah, hal itu disebabkan oleh beberapa
faktor. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu
adanya dukungan dari penduduk setempat (spanyol) pada umat islam. Pada masa
penaklukan Spanyol, kondisi sosial-politik negeri itu sangat menyedihkan.
Penguasa Ghotic tidak toleran terhadap agama yang dianut oleh rakyatnya
terutama oleh agama yahudi. Penganut agama yahudi yang merupakan bagian
terbesar dari penduduk spanyol dipaksa dibabtis menurut agama Kristen. Dan
mereka mengunakan kekerasan untuk soal ini. Disamping itu, rakyat juga terbagi
oleh kelas-kelas yang diliputi oleh kemiskinan.[1]Sedangkan
faktor eksternalnya adalah kondisi yang terdapat dalam tubuh umat islam. Pada
saat itu bani umayyah memiliki pasukan yang tangguh dan percaya diri dan
menunjukkan sikap toleransi, persaudaraan dan tolong menolong. Sikap ini menyebabkan
penduduk Spanyol menerima islam disana.
Dalam
ekspansi ke spanyol ini terdapat tiga orang pahlawan islam yang tak terlupakan,
yaitu Tarif Ibn Malik, Tariq Ibn Ziyad, dan Musa Ibn Nusair. Tarif Ibn Malik
dapat dikatakan sebagai perintis dan penyelidik yang menyeberangi selat dengan
berkekuatan 400 pejalan kaki dan 100 tentara berkuda. Pada bulan Juli 710 M,
Tarif dan pasukannya mendarat di semenanjung Tarif. Dalam penyerbuan ini kaum
muslimin tidak mendapatkan perlawanan yang berat. Kaum muslimin memperoleh
kemenangan dan kembali ke Afrika dengan membawa harta rampasan yang banyak.
Didorong oleh keberhasilan Tariq
serta kemelut yang melanda kerajaan Ghotic, Musa Ibn Nusair memerintahkan Tariq
Ibn Ziyad untuk kembali membawa pasukannya ke Spanyol pada tahun 711 M. Pasukan
Tariq saat itu berjumlah 7000 orang. Sebagian besar pasukan itu terdiri dari
orang Barbar. Tariq dan pasukannya menyeberangi selat dengan kapal dari Julian
dan mendaratkan pasukannya di Gibraltar (Jabal Tariq). Kedatangan pasukan Tariq
kewilayah ini tidak mendapatkan perlawanan berarti. Dengan bantuan Julian
pasukan ini bergerak menuju utara.
Bersamaan dengan kedatangan Tariq,
Roderick sedang mengatasi kerusuhan dibagian utara spanyol. Theodomir yang
berjumpa dengan pasukan Tariq segera melaporkan kepada Roderick, bahwa ia telah
berpapasan dengan pasukan yang misteri, hal itu mungkin disebabkan oleh
kecepatan gerakan pasukan itu, sehingga tampak gesit dan tangkas. Dengan berita
itu Roderick langsung menyiapkan pasukan siap tempur sebanyak 100.000 orang.
Karena jumlah tersebut jauh diatas pasukan Tariq, maka Tariq segera minta
bantuan kepada Musa di Afrika. Musa segera mengabulkan permintaan itu dengan
mengirimkan 5000 orang prajurit, sehingga pasukan islam seluruhnya berjumlah
12.000 orang. Petempuran tak terelakkan
lagi, bertemulah kedua pasukan itu pada tanggal 19 Juli 711 M ditepi sungai
Lakkah yang sekarang dinamakan Salado. Pertempuran itu berlangsung selama 8
hari. Pasukan Roderick dapat dihancurkan oleh pasukan islam. Raja Roderick,
penguasa terakhir kerajaan Fisigotic meninggal dunia dalam pertempuran yang
dahsyat itu.
Para ahli sejarah mencatat bahwa
kemenangan Tariq kepada pasukan Roderick itu merupakan prestasi militer yang
luar biasa pada abad pertengahan, suatu prestasi militer yang sangat dramatis
dari sekian operasi militer yang dilakukan oleh kaum muslimin.
Pasukan Tariq Ibn Ziyad yang
ditemani oleh ratu Julian dan putra-putra Witiza, bergerak ke utara menguasai
kota-kota Sidonia, Karmona, Ecija. Kemudian atas usul ratu Julian, Tariq
mempersiapkan empat pasukan, yang masing-masing dipimpin oleh prajurit pilihan.
Mugis Al-Rumi memimpin pasukan yang menuju Cordova, dan kota ini ditaklukkan
pada bulan Oktober 711 M. pasukan kedua
menuju Malaga, pasukan ketiga menuju Granada dan Elvira, dan Tariq sendiri yang
memimpin pasukan yang menuju Toledo untuk menghentikan pasukan Visigotic yang
melarikan diri dari kota itu menjelang Tariq masuk kota. Pengejaran itu
dilakukan sampai ke kota Astorga. Penaklukan Tariq yang dilakukan pada tahun
711 M tersebut telah menguasai separuh dari wilayah Spanyol. [2]
Pada tahun 712 M, Musa Ibn Nusair
dengan membawa yang pasukannya yang sangat besar yaitu 18.000 orang, yang terdiri dari kaum
bangsawan Arab Yaman dan sejumlah keturunan para sahabat Nabi Muhammad SAW,
menuju spanyol. Untuk itu Musa menyerahkan pemimpin wilayah Afrika, Tanjah dan
Sus kepada putranya Abdullah, dan berkedudukan di Qairawan sebagai ibu kotanya.
Dalam usahanya menuju pertahanan Spanyol, Musa memilih jalan yang telah
dirintis Tariq, Sidonia dan Carmona dari sana ia mengepung Seville, dan
akhirnya kota ini dapat ditaklukan Musa pada 713 M. dan dalam tahun yang sama
juga ditaklukan Merida. Untuk selanjutnya pasukan Musabergabung dengan pasukan
Tariq di Toledo. Dari Toledo penaklukan dilanjutkan keutara. Sebagai hasilnya
berturut-turut kota Zaragosa, Aragon, Leon, Austrias, dan Galisia berhasil
direbut oleh pasukan Islam.[3]
Setelah itu pasukan islam menuju ketimur laut sampai ke pegunungan Pyrenia.
Tapi saying sekali mereka tidak menaklukan daerah penggunungan yang terletak di
barat laut (daerah Galisia), yaitu menjadi tempat pengungsian bangsa Ghotic
yang melarikan diri dari serangan kaum muslimin.[4]
Perlu dicatat bahwa keberhasilan
pasukan islam menguasai Spanyol ini tidak dari bantuan orang Spanyol sendiri
yaitu Ratu Julian yang berselisih dengan Raja Roderick. Dan dengan keberasilan
umat Islam menaklukkan Spanyol ini maka mulailah babak baru Islam di Wilayah
ini. Setelah penaklukan ini, Spanyol kemudian menjadi salah satu propinsi dari
kekhalifahan Bani Umayyah dengan nama Andalus.
B.
Dinamika Dinasti Umayyah di Spanyol
A. Ekonomi
Dari segi ekonomi pemerintahan Bani Umayyah Spanyol
telah memperkenalkan sistem pertanian yang teratur, sehingga banyak
menghasilkan produk pertanian sepanjang tahun, diantaranya adalah limau, tebu,
padi dan kapas . Mereka menggali kanal-kanal, menanam anggur, serta selain
tanaman dan buah-buahan lainnya,. Mereka juga memperkenalkan padi, apricot,
persik, delima, jeruk, tebu, kapas dan kunyit. Kemajuan pertanian merupakan
salah satu sisi keagungan Spanyol-muslim dan menjadi hadiah abadi yang
diberikan orang Arab didaratan itu .
B. Kebudayaan dan Intelektual Dalam hal ini, dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu; intelektual, sastra dan seni. Ketiga bagian ini telah
berkembang pesat pada zaman Bani Umayyah di Spanyol, dan bidang pendidikan.
1)
Bidang Intelektual; bidang yang paling maju berkembang pada zaman tersebut ialah bidang syari’ah, yakni
hukum-hukum Islam yang bedasarkan al-Qur’an dan al-Hadith, disamping itu juga
berdasarkan qiyas dan ijma’ ulama.
2) Bidang Kesusastraan Bani Umayyah Spanyol banyak
melahirkan para ahli sastra dan penyair. Mereka telah Berjaya melahirkan banyak
karya-karya syair dan sajak, yang telah diilhami oleh penyair-penyair kawasan
timur. Pada hakikatnya syair telah berkembang sejak zaman Abd al-Rahman
al-Dakhil, dan beliau adalah seorang penyair yang menghasilkan beberapa bait
syair yang menyentuh kerinduan beliau terhadap negeri asalnya, Syam
(Damascus-Syria). Beliau bertanggung jawab terhadap perkembangan kesusasteraan
di Spanyol .
3) Bidang Kesenian Dalam bidang kesenian kerajaan Bani
Umayyah bisa dianggap sebagai zaman permualaan perkembangan kesenian Islam di
Spanyol. Sejak pembukaan di Spanyol hingga tahun 976 M boleh dianggap sebagai
tahap pembinaan tamaddun Islam di Spanyol. Dalam tempoh tersebut telah berdiri
masjid besar di Cordova.
4) Bidang Pendidikan Bidang ini sangat digalakan pada
zaman Bani Umayyah. Pertama; dimulai dengan didirikannya masjid-masjid sebagai
tempat ibadah dan tempat menimba ilmu pengetahuan.Kedua; mengundang para ilmuan
dari dalam Spanyol atau dari luar, Arab maupun non Arab. Sistem pendidikan di
zaman Bani Umayyah dibagi menjadi tiga tahap:
a. Rendah : Madrasah Ibtidaiyyah dan. pelajar-pelajar
diajarkan membaca al-Qur’an dan tata bahasa Arab, mereka biasanya ditempatkan
di masjid-masjid. Guru-guru tidak diberikan gaji, hanya sekedar menerima yang
dibayar oleh murid-murid secara sukarela.
b.
Menengah : Madrasah Tsanawiyah, mata pelajarannya adalah tata bahasa
Arab (nahwu), sastra, sejarah, hadits, fikih, ilmu kesehatan praktikal,
matematik, astronomi, akhlak, metafizik dan khat. Pelajar yang lulus diberikan
diploma atau ijazah (menyamai licence di Prancis atau B.A di Britain).
c.
Tinggi atau universtas mula diwujudkan pada zaman al-Hakam II (961-976
M). Institusi pengajian (perguruan) tinggi ini diwujudkan secara informal yang
dikendalikan oleh sekumpulan professor. Ia hanya mengendalikan kursus-kursus
pada peringkat lepas ijazah dan berpusat di Cordova dan Toledo. Kedua tempat
ini merupakan pusat pendidikan utama bagi siswa-siswa di barat Eropah pada
ketika itu. Kemudahan-kemudahan pendidikan seperti buku, alat-alat tulis dan
lain-lain telah disediakan dan mudah diperoleh di Cordova.
C. Pemerintahan Islam di Spanyol dan
Kemajuan yang dicapai
Sebagaimana disebutkan oleh
para ahli sejarah, sesungguhnya masa pemerintahan Islam Spanyol cukup lama
yaitu hampir delapan abad. Pada masa pemerintahan Islam Spanyol ke dalam
beberapa periode atau masa. Periode-periode itu adalah sebagai berikut.
1. Masa Pemerintahan Kepala Daerah, Ahd Al-Wulah
(714-755)
Menurut Abd Al-Rahman Ali Al-Hujji, dengan kembalinya
Musa Ibn Nusair dan Tariq Ibn Ziyad ke Damaskus, maka dimulailah pemerintahan
kepala daerah atau pemerintahan ke walian di Spanyol atau Andalusia sampai
dengan datangnya Abd Al-Rahman Al-Dakhil. Pemerintahan ini berlangsungselama 41
tahun dengan 22 wali atau kepala daerah,di antara mereka ada yang memerintah
dua kali yaitu Abd Al-Rahman Al-Gafiqi dan Abd Al-malik Ibn Al-Qatan. Pada masa pemerintahan kewalian ini spanyol
menjadi salah satu bagian dari kekhalifahan Bani Umayyah yang berkedudukan di
Damaskus.
2. Masa Pemerintahan Keemiran, Ahd Al-Imarah Imarah
(756-912 M)
Pada masa ini, Andalusia
berada dibawah pemerintahan seorang yang bergelar amir, yang tidak tunduk
kepada pemerintah islam di Baghdad.
Meskipun Andalusia tidak tunduk terhadap pemerintahan
Bani Abbasiyah, hal ini tidak berarti Andalusia tidak pernah diperintah oleh
penguasa Abbasiyah. Ketika Bani Abbasiyah Menggulingkan kekuasaan Bani Umayyah,
pada saat itu Andalusia diperintah oleh Yusuf Ibn Abd Al-Rahman Al-Fakhri atas
nama Bani Abbasiyah, Al-Fakhri berusah membendung intrik-intrik yang dilakukan
oleh Abd Al-Rahman Al-Dakhil. Akan tetapi karena Abd Al-Rahman Al-Dakhil banyak
mendapatkan dukungan akhirnya Abd Al-Rahman Al-Dakhil berperang melawan Yusuf
Ibn Abd Al-Rahman Al-Fakhri. Dalam pertempuran ini pihak Abd Al-Rahman
Al-Dakhil mendapatkan kemenangan dan kemudian memplokamirkan dirinya sebagai
amir di Spanyol pada tahun 756 M.
Pada masa keemiran ini
terdapat kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh umat islam. Namun demikian,
kendatipun terdapat kemajuan tersebut, pada masa ini masih juga terdapat
gangguan terhadap stabilitas politik terutama oleh gerakan Martyrdom (semacam
gerakan kesyahidan) yang dilancarkan oleh kelompok Kristen fanatic Spanyol. Disamping itu justru goncangan politik paling
keras dating dari kalangan Islam sendiri. Salah satu kelompok yang menentang
kekuasaan pada masa ini adalah terjadi pada tahun 852 M yang berhasil membentuk
Negara kota di Toledo dan berlangsung selama 80 tahun. Gangguan juga datang
dari pemerintahan Bani Abbasiyah, di mana pada masa ini orang-orang
Abbasiyah di zaman Abu Ja’far Al-Mansyur
berusaha ingin mengambil Andalusia agar masuk ke kuasaan Abbasiyah, tetapi
tidak berhasil.
Diantara gangguan dari luar
negeri yang cukup membahayakan adalah serangan Charlman dan serangan Norman
bahkan Norman melakukan serangan pda keemiran ini tiga kali serangan. Sedangkan mengenai gangguan dari dalam
negeri, Al-Hujji membenarkan adanya gangguan dari orang-orang Abbasiyah yang
ingin mengembalikan Andalusia kepada kekuasaan Bani Abbasiyah. Peristiwa ini
terjadi baru sepuluh bulan masa pemerintahan Abd Al-Rahman Al-Dakhil.
Masyarakat Andalusia sendiri
terdiri di zaman keemiran terdiri dari dua unsur yaitu orang-orang Islam dan
orang-orang non-Islam. Orang-orang Islam yang dimaksud adalh orang-orang Islam
awal, mereka adalah penakluk negeri Andalusia, mereka dari golongan Arab,
Barbar, dan sebagainya. Selain itu yang juga dimaksud golongan Islam disini
adalah orang-orang pribumi Andalusia yang massuk Islam, dan golongan ini
merupakan golongan paling besar. Adapun golongan yang non-Islam merupakan
golongan minoritas. Mereka ini terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang
Nasrani. Mereka disebut al-mu’ahidun atau ahl al-zimmah. Mereka hidup bersama
dalam masyarakat Andalusia.sebagian dari mereka menerima Bahasa Arab sebagai
bahasanya dan budaya Arab sebagai budayanya. Abd al-Rahman al-Dakhil mendrikan
masjid di Cordova. Ia juga manjadiakan Spanyol sebagai pusat keilmuan dan
peradapan di Eropa.
3. Masa Pemerintahan Khalifah, Ahd al-Khalifah (912-1013
M)
Periode ini diawali dengan
naikmya Abd al-Rahman III bergelar al-Nasir li dinillah. Sejak masa Abd
al-Rahman III ini mulailah dipakai gelar khalifah, tepatnya tahun 929 M. Pada
masa pememrintahan al-Nasir, Andalusia kemajuan yang paling gemilang, bidang
pertahanan dan keamanan pun juga diperkuat. Al-Nasir memerintah selama setengah
abad. Kahalifah inilah yang berhasil mendirikan lembaga pendidikan dan
perpustakaan di Cordova yang memeliki koleksi buku ratusan banyaknya.
Sementara itu khalifah yang lain yaitu Hakam II adalah
seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masanya,kota Cordova
memiliki 113.000 buah bangunan, 21 kota pinggiran, 70 buah perpustskaan, serta
sejumlah toko buku dan masjid. Banayk bangunan mewah yang didirikan yang
dididalamnya terdapat pemandian-pemandian umum. Lembaga pendidikan Cordova
sendiri didirikan di kompleks masjid raya yang diperluas dan diperindah dengan
menghabiskan dana sekitar 2.615.307 dinar. Dan perpustakaannya ada sekitar
400.000 kitab. Hakam juga mendidirikan
27 Kutta (Sekolah rendah ) swasta.
Pada periode ini, sungguhnya
di tangan Abd al-Rahman III dan Hakam II itulah
daulah Bani Ummyyah di Andalusia mengalami keemasan dan di sisi lain
pada masa itu Bani Abbasiyah di Baghdad mulai menapaki kemundurannya. Sedangkan
secara fisik daulah Bani Umayyah di Andalusia mengalami kemajuan pada masa
kekhalifan ini, selain menjadikan masjid Cordova menjadi lembaga pendidikan
yang maju, dibangun pula pada masa ini beberapa kota. Kota-kota tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Madinah
al-Zahra’
2. Madinah
al-Zahirah
3. Madinah
Salim
4. Madinah
al-Mariyah (Almeria)
Selain kota-kota tersebut, telah berdiri pula beberapa
kota lain yang pembangunannya pada masa pemerintahan kekhalifahan atau juga
masa sebelumnya. Kota tersebut antara lain ialah Madinah Mursia (Murcia) yang
dibangun pada tahun 210 H di masa pemerintahan Abd al-Rahman al-Ausat, juga
Madinah Matalyus (Badajoz) yang dibangun oleh Abd al-Rahman ibn Marwan atas
izin Amir Muhammad. Dibangun pula
beberapa benteng (hisn),yaitu Hisn Talamankah, Hisn Majrit, dan Hisn Binnah
Firatah. Sebagian benteng tersebut di
samping sangat penting untuk peperangan, agaknya ia juga sebagai tempat
kegiatan ilmiah. Dalam sejarah selanjutnya benteng tersebut dijadikan ibu kota
Spanyol oleh Philip II pada tahun 969 H/1561 M. Majrit dimaksud adalah Madrid
sekarang. Sesungguhnya kota ini adalah kota yang dibangun oleh umat Islam
Andalusia terdahulu.
Akan
tetapi ketika kekhalifahan dipegang oleh Hisyam II yang naik tahta pada usia 11
tahun dan menyerahkan kekuasaan kepada Muhammad ibn Abdillah ibn Abi Amir,
Islam di Spanyol mengalami kemundurannya.
4.
Masa Pemerintahan Raja-raja Golongan, Muluk al-Tawa’if (1013-1086 M)
Pada periode ini,
pemerintahan umat Islam Spanyol terpecah menjadi sekitar 30 kerajaan
kecil-kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Muluk al Thawa’if,
yang berpusat di kota-kota seperti Seville, Toledo, Cordova dan lain-lain. Pada
periode ini umat Islam memasuki kembali pertikanaan politik. Kesatuan politik
yang pernah dibangun oleh Abd al-Rahman al-Nasir mulai melemah dan semakin
memburuk. Islam di Spanyol tidak lagi bisa menciptakan Tokoh pemersatu.
Kenyataan raja yang berkuasa saling bermusuhan. Bahkan tidak jarang di antara
dinasti kecil yang lemah tidak segan-segan meminta bantuan kepada pihak Kristen
yang ada di Utara untuk menyerang dan menghancurkan dinasti Islam lainnya. Diantara dinasti-dinasti kecil tersebut
ialah, Abbad di Seville, Bani Hamud di Malaga, bani Ziri di Granada, bani Hud
di Saragosa, dan bani Zinnun di Toledo. Dengan runtuhnya kekuatan Islam
tertinggi di Spanyol (Bani Ummayah) dan munculnya dinasti-dinasti tersebut,
menandai situasi disintergrasi di bidang politik.
5. Masa Pemerintahan Murabitun dan Muwahhidun, Ahd
al-Murabitun wa ahd al-Muwahhidun (1086-1248 M).
Sebagaimana dijelaskan
sebelumnya bahwa pada masa Muluk al-Thawa’if, pemerintahan Islam di Spanyol
terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil-kecil dengan rajanya mesing-masing. Cukup
bisa dibayangkan betapa lemahnya kondisi politik pemerintahan Islam Spanyol
saat itu, sebab kerajaan-kerajaan kecil itu sering kali terlibat pertikaian
yang sesungguhnya sangat merugikan posisi mereka secara politis di Spanyol.
Namun
demikian, kejayaan kekuasaan Islam Spanyol berada dalam kondisi kemundurannya,
tapi pada masa itu masih terdapat dua kekuatan dinasti Islam yang dapat
mengangkat kembali kejayaan kekuasaan Islam Spanyol kedua dinasti itu ialah,
Dinasti Murabitun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M).
Kedua
dinasti tersebut berawal dari gerakan keagamaan yang kemudian menjadi gerakan
politik. Gerakan Murabitun yang dipimpin oleh Yusuf ibn Tasyfin, berhasil
mendirikan kerajaan yang berpusat di Maroko. Yusuf ibn Tasyfin memasuki Spanyol
berawal dari undangan penguasa Islam Spanyol yaitu penguasa terkhir dinasti
Abbadiyah, Muhammad al-Mu’tamid ibn Abbad, yang merasa cemas terhadap ancaman
Alfonso VI (raja Kristen dari Castille) yang akan menyerang benteng-bentengnya
, lalu al-Mu’tamid meminta bantuan kepada Yusuf ibn Tasyfin maka pada tahun
1086 dikrimkannya pasukan berjumlah 20.000 tentara dan berhasil mengalahkan di
sebuah tempat bernama Zallaqah dekat Badajoz (23 Oktober 1086).
Yusuf
ibn Tasyfin berusaha menyatukan Islam dengan cara menurunkan mahkota kerajaan
dari raja-raja kecil dan keberasilannya di Badajoz tahun 1094 M, Valencia pada
tahun 1102 M, dan Saragoza tahun 1110 M oleh putranya Ali ibn Yusuf yang
memerintah pada tahun 1106-1143 M. Namun
penguasa setelahnya lemah sehingga dinasti bertahan hingga tahun 1143 M.
Setelah
berakhirnya Murabitun, maka Muwahhidun yang didirikan oleh Muhammad ibn Tumart
(1128 M) berpusat di Afrika Utara. Pada dinasti Muwahidun Spanyol dapat
membangun kembali kemajuan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta berhasil
memukul mundur orang-orang Kristen. Namun keadaan ini tidak bertahan lama
kekuasaan Muwahidun mengalami kehancuran karena mendapat tekanan dari Paus
Innocent III yang berhasil menghimpun raja-raja Kristen diutara Spanyol untuk
menyerukan perang suci. Sebagai akibat dari keberhasilannya dalam pertempuran
di Las Nafas dibawah kekuasaan dinasti Muwahidun direbut musuh.
6. Masa pemerintahan Andalus kecil, Kerajaan Granada
(1248-1492 M)
Satu-satunya dinasti islam
yang masih bertahan dalam paska jatuhnya dinasti Muwahidun. Dnasti didirikan
oleh Abu Abdullah Muhammad. Kekuasaan islam terakhir ini bisa bertahan kurang
lebih selama satu setengah abad. Kondisi pemerintahan ini cukup
memperihatinkan. Pada mulanya dinasti ini masih dapat memainkan peranan dalam
membangun peradaban islam dan kejayaan islam ini masih mewadahi Spanyol. Akan
tetapi beberapa lama terjadi konflik klasik, perang saudara memperebutkan kursi
persaudaraan.
Dengan terpecahnya menjadi
dua bagian yang masing-masing untuk saling menghancurkan, maka tidak ada lagi
kekuatan islam di Spanyol yang bisa dijadikan benteng pertahanan. Tindakan ini
dilakukan oleh Abdullah yaitu dengan meminta bantuan kepada raja-raja Kristen.
Dengan hal itu kekuasaan digempur oleh dua kekuatan Kristen yang telah bersatu
melalui perkawinan kedua pemimpinnya, meskipun Abdullah bisa naik tahta, namun
kedua pasangan ini akhirnya meruntuhkan kekuasaannya. Peristiwa tersebut
membuat Abdullah berhijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah sejarah
islam di Spanyol[5].
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses
penaklukan Spanyol sendiri oleh umat islam terjadi dengan relative mudah, hal
itu disebabkan oleh beberapa faktor. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat
digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Dinamika pada masa Dinasti Umayyah di Spanyol terdiri dari kekuatan ekonomi dan
kebudayaan yang terbagi menjadi bidng intelektual, kesustraan, kesenian serta
pendidikan. Masa pemeintahan islam di Spanyol cukup lama yaitu sekitar 8 abad.
B.
Saran
1. Sebagai mahasiswa IAIN kita harus dapat mengetahui sejarah-sejarah islam.
2. Setelah kita mengetahui sejarah-sejarah islam
hendaknya kita dapat termotivasi dari peristiwa-peristiwa tersebut, dan
mengedepankan pendidikan yang berbasis islam.
DAFTAR PUSTAKA
Mahmudunnasir.
Islam Its Consept and
History. New Delhi:
kitab
bahvan,1981.
Fu’adi, Imam. Sejarah
Peradaban Islam. Yogyakarta: Sukses
offset, 2012.
[1] Mahmudunnasir, Islam Its Consept and History (New Delhi:
kitab bahvan,1981) h.213-214. Lihat pula Dozy, Spanish islam, hlm 230.
Comments
Post a Comment